Kota Depok, salah satu kota penyangga utama bagi ibu kota Jakarta, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, terutama sampah plastik. Dengan populasi sekitar 2,2 juta jiwa pada tahun 2022, kota ini menghasilkan sekitar 1.314 ton sampah setiap harinya. Di antara jumlah tersebut, sampah plastik menjadi salah satu masalah terbesar, mengancam lingkungan serta kesehatan masyarakat. Dalam menghadapi tantangan ini, Kota Depok bergabung dengan program Plastic Smart Cities (PSC) yang diluncurkan oleh WWF pada tahun 2018. Program ini bertujuan untuk mengurangi kebocoran sampah plastik ke alam pada tahun 2030. Dengan kerjasama erat antara pemerintah kota, masyarakat, sektor swasta, dan lembaga internasional, PSC di Depok berkomitmen mencari solusi pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Depok, yang juga dilalui oleh aliran Sungai Ciliwung, menjadi lokasi penting bagi upaya pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Pada tahun 2021, pemerintah Kota Depok secara resmi menjadi bagian dari inisiatif global ini dengan menandatangani perjanjian kerjasama dengan WWF Indonesia. Sebagai langkah nyata, berbagai program pengelolaan sampah diterapkan, termasuk pelibatan aktif masyarakat melalui pembentukan bank sampah, edukasi lingkungan, serta pengolahan sampah berbasis ekonomi sirkular. Salah satu mitra penting dalam inisiatif ini adalah Yayasan Wangi Bumi Nusantara (YWBN), yang sejak lama bergerak dalam pengelolaan bank sampah di Depok. YWBN berhasil mendirikan tujuh Bank Sampah Unit (BSU) baru di tiga kecamatan, yakni Sukmajaya, Cimanggis, dan Tapos, yang bertujuan untuk mengurangi limbah plastik di wilayah tersebut(PSC Report 2022 - Depok).
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi salah satu kunci kesuksesan program PSC di Depok. YWBN melatih 21 relawan yang dikenal sebagai "Sahabat Sadayana", untuk mendukung kegiatan pengelolaan sampah di tingkat komunitas. Para relawan ini berperan penting dalam edukasi pemilahan sampah dan penerapan praktik daur ulang sampah plastik. Hasilnya, selama periode Juli hingga Desember 2022, program ini berhasil mengelola sebanyak 16.425 kg sampah plastik, yang sebelumnya berpotensi mencemari lingkungan. Program ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, tetapi juga menciptakan produk daur ulang yang bernilai ekonomi, seperti tas, keranjang, dan produk-produk kreatif lainnya. Produk-produk ini kemudian dipasarkan, mendorong terciptanya ekonomi sirkular yang berkelanjutan di Depok(PSC Report 2022 - Depok).
Di sisi lain, kolaborasi PSC juga melibatkan organisasi lain seperti Persahabatan Toemboeh. Organisasi ini berfokus pada edukasi masyarakat terkait pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan pemanfaatan produk ramah lingkungan. Persahabatan Toemboeh telah melakukan berbagai kegiatan sosialisasi di tiga kecamatan, yakni Beji, Cipayung, dan Sawangan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak buruk plastik terhadap lingkungan. Melalui lokakarya, bazar nol sampah, serta sosialisasi di sekolah-sekolah, mereka berhasil mengurangi sekitar 2,16 ton sampah plastik dari rumah tangga yang terlibat dalam program ini. Selain itu, kegiatan edukasi di sekolah-sekolah juga berhasil mengurangi 19 kilogram sampah plastik selama periode berlangsung, menciptakan generasi muda yang lebih peduli terhadap lingkungan(PSC Report 2022 - Depok).
Upaya pengelolaan sampah plastik di Kota Depok menunjukkan bahwa solusi untuk masalah lingkungan dapat diwujudkan dengan kerjasama berbagai pihak. Melalui program PSC dan keterlibatan aktif masyarakat, Depok berkomitmen untuk menjadi salah satu kota yang mampu mengurangi kebocoran plastik ke alam dan mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan. Dengan target ambisius untuk menghentikan kebocoran plastik pada tahun 2030, langkah-langkah nyata seperti pengembangan bank sampah, sosialisasi pemilahan sampah, dan promosi ekonomi sirkular menjadi landasan penting bagi tercapainya tujuan tersebut. Inisiatif ini diharapkan dapat menginspirasi kota-kota lain di Indonesia untuk mengambil tindakan serupa dalam menghadapi krisis sampah plastik yang semakin mendesak.