Pada awal tahun 2013, sebuah kegiatan sosialisasi bank sampah di Kota Depok mempertemukan Hermansyah dengan ide pengelolaan sampah. Bersama empat warga dari empat kecamatan di Depok, Hermansyah menghadiri acara yang menjelaskan jenis sampah serta cara kerja program bank sampah. Kegiatan ini menekankan penanganan sampah organik dan non-organik.
Inisiatif Sosialisasi dan Respon Masyarakat
Tergugah oleh sosialisasi, Hermansyah dan empat koleganya sepakat untuk menyebarkan informasi ini kepada masyarakat di daerah mereka. Melalui berbagai cara, termasuk majelis taklim, pengurus rukun tetangga, dan pendekatan kepada tokoh masyarakat, sosialisasi dimulai pada Januari 2013. Respon masyarakat cukup baik, dengan beberapa orang menyatakan minatnya untuk membentuk bank sampah unit.
Tantangan Awal dan Pembentukan BSI Cilodong
Pada tahap awal, muncul pertanyaan mengenai ke mana sampah yang terkumpul akan dibawa. Ide untuk menjual langsung ke lapak dibatalkan karena kontinuitas dan konsistensinya diragukan. Akhirnya, diputuskan untuk membentuk bank sampah induk di tingkat kecamatan, dan Hermansyah pun mendirikan BSI Cilodong dengan modal mobil box dan gudang bekas usaha pembuatan jus seluas 100 m².
Permasalahan di Awal Usaha
Hermansyah dan satu orang rekannya mengelola BSI Cilodong yang beroperasi di empat kecamatan. Tantangan muncul ketika mereka membutuhkan tenaga ahli dalam pemilahan dan penjualan sampah. Masalah ini terpecahkan dengan hadirnya seorang ahli pemilahan sampah dari TPA Bantar Gebang, Bekasi. Namun, tim baru ini kerap menjual sampah secara sembunyi-sembunyi, sehingga menyebabkan krisis keuangan pada saat pembayaran uang sampah kepada nasabah.
Transformasi Menjadi BSI Depok Bersih
Pada tahun 2015, Hermansyah mendapat kesempatan studi banding ke Jepang yang memberikan wawasan baru tentang pengelolaan sampah. BSI Cilodong berhasil memperbesar jumlah nasabah, yang mencapai puncaknya pada tahun 2017. Karena ekspansi ini, nama BSI Cilodong berubah menjadi BSI Depok Bersih pada tahun 2018.
Dukungan dan Pengakuan
Pada awal 2018, BSI Depok Bersih hampir kolaps karena biaya operasional yang tinggi. Namun, dukungan dari lembaga zakat dan pemerintah setempat membantu mengatasi krisis ini. Pada tahun yang sama, nama BSI Depok Bersih diubah menjadi BSI Rumah Harum. BSI Rumah Harum terus berkembang dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk WWF-Indonesia melalui Program Plastic Smart Cities.
Perkembangan Terkini dan Donasi Sampah
Pada tahun 2023, BSI Rumah Harum mengelola 60-80 ton sampah per bulan dengan omset Rp100.000.000 - Rp150.000.000 per bulan. Selain nasabah reguler, BSI Rumah Harum juga menerima donasi sampah, konsep yang diperkenalkan selama pandemi Covid-19. Masyarakat yang ingin mendonasikan sampah non-organik dapat menghubungi BSI untuk penjemputan.
Rencana Masa Depan dan Pembentukan Koperasi
BSI Rumah Harum merencanakan perluasan jumlah nasabah dan penambahan volume sampah yang dikumpulkan. Selain itu, ada rencana pemisahan operasional bank sampah dengan lembaga pengelola keuangan yang berbentuk koperasi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah dan keuangan nasabah.
Dengan perkembangan ini, BSI Rumah Harum tidak hanya menjadi bank sampah yang mengelola sampah non-organik, tetapi juga berperan penting dalam edukasi dan pengembangan ekonomi sirkular di masyarakat.
Optimasi SEO Oleh Yudi Wahyudi Sebagai Bentuk Penguatan Kampanye Plastic Smart Cities dan Aplikasi AKSI WWF Indonesia
Download Aplikasi AKSI dan Ambil Peranmu untuk Kurangi Sampah Plastik
Gabung sebagai nasabah Plastic Smart Cities sekarang dan dapatkan berbagai keuntungan dari menjaga lingkungan.
scan disini
Atau dapatkan di
Panduan Aplikasi AKSI
WWF Indonesia
- Website: https://wwf.id/
- Yotube: @WWFIndonesia
- X: @WWF_ID
- Instagram: @wwf_id
- Tiktok: @wwf_id