Diterbitkan pada 15 November 2022
Oleh: Admin
Dilihat: 251 Kali
Sumpah Sampah: Optimalkan Pengolahan Sampah Plastik dengan Teknologi Daur Ulang
Source: PSC WWF Indonesia
Bagikan

Daman Setiawan, pendiri Sumpah Sampah, dengan cekatan mengambil tumpukan sampah plastik di bengkel perakitan mesin daur ulang plastik di Citeureup, Kabupaten Bogor. Sampah plastik tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mesin pencacah, yang dengan bunyi nyaring memproses plastik menjadi serpihan kecil. Langkah selanjutnya, serpihan plastik dimasukkan ke dalam mesin pelumer yang menggunakan suhu tinggi untuk mengubahnya menjadi adonan seperti tanah liat. Adonan ini kemudian di press menjadi eco paving yang siap digunakan.

Latar Belakang dan Visi Sumpah Sampah

Daman Setiawan bersama dua rekannya, Aziz dan Angga, mendirikan Sumpah Sampah pada akhir 2018. Mereka terdorong oleh keprihatinan terhadap masalah pengelolaan sampah di Indonesia yang dinilai amburadul. Jenis sampah yang menjadi fokus utama mereka adalah sampah plastik jenis kresek dan multi-layer, yang selama ini sulit didaur ulang dan memiliki nilai ekonomi rendah.

“Kami melihat banyak sampah plastik dibakar atau berserakan, menyebabkan berbagai masalah lingkungan. Sampah plastik yang tidak diolah dengan baik bisa mencemari tanah, air, hingga laut, dan berbahaya bagi kesehatan manusia,” ungkap Daman.

Teknologi Daur Ulang yang Ramah Lingkungan

Berbekal latar belakang pendidikan sebagai analis kimia, Daman bersama timnya mengembangkan teknologi daur ulang sampah plastik. Mereka menciptakan mesin yang mampu mengolah berbagai jenis sampah plastik menjadi eco paving yang aman bagi lingkungan. Mesin tersebut didesain untuk menyesuaikan suhu leleh yang tepat sehingga tidak menghasilkan asap beracun seperti dioksin.

“Kami memilih Citeureup sebagai lokasi bengkel karena banyak pengrajin logam di sini. Selain itu, kami juga memberdayakan sekitar 20 warga setempat untuk membantu proses daur ulang ini,” jelas Daman.

Mesin yang mereka kembangkan mampu mendaur ulang hingga 300 kg sampah plastik per delapan jam, menghasilkan sekitar 150 buah eco paving berukuran 20x20 cm. Selain eco paving, mesin ini juga mampu mengolah sampah plastik menjadi produk lain seperti kursi, meja, lemari, hingga gelas.

Tantangan dan Pengembangan Sumpah Sampah

Meskipun sudah menunjukkan hasil positif, Daman mengakui bahwa pengelolaan sampah plastik di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait karakteristik sampah yang tercampur dan kotor. Namun, setelah melakukan riset intensif, mereka menemukan suhu optimal 230 derajat Celcius yang mampu memproses berbagai jenis plastik tanpa harus memilahnya terlebih dahulu.

Saat ini, Sumpah Sampah sudah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk program Plastic Smart Cities yang diinisiasi oleh WWF. Mesin daur ulang mereka telah tersebar di lebih dari 50 kota di seluruh Indonesia dan digunakan oleh berbagai instansi pemerintah maupun swasta.

Dukungan dan Harapan untuk Teknologi Lokal

Daman berharap bahwa pemerintah dan masyarakat akan memberikan kepercayaan kepada anak-anak muda Indonesia yang kreatif dalam mengembangkan teknologi lokal untuk mengatasi permasalahan sampah. Dengan dukungan yang tepat, ia yakin bahwa teknologi daur ulang plastik dapat menjadi solusi yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga menghasilkan keuntungan ekonomi.

“Harapan kami, pemerintah dan masyarakat percaya pada kemampuan sumber daya anak muda Indonesia dalam menciptakan teknologi demi menyelesaikan permasalahan sampah,” pungkas Daman.

 

Artikel Lainnya Terkait Issue Sampah Plastik

 

Optimasi SEO Oleh Yudi Wahyudi Sebagai Bentuk Penguatan Kampanye Plastic Smart Cities dan Aplikasi AKSI  WWF Indonesia

Download Aplikasi AKSI dan Ambil Peranmu untuk Kurangi Sampah Plastik

Gabung sebagai nasabah Plastic Smart Cities sekarang dan dapatkan berbagai keuntungan dari menjaga lingkungan.

scan disini

qrcode wwf

Atau dapatkan di

Panduan Aplikasi AKSI

WWF Indonesia

 

 

Baca lengkap publikasi ini
Artikel Lainnya
Publikasi Lainnya