Setiap pukul sepuluh pagi, Wahyu memulai rutinitasnya dengan mendorong gerobak sorong berkeliling komplek perumahan Sukadamai Green Residence. Ia mendatangi sebelas titik tong sampah berwarna biru yang tersebar di perumahan tersebut. Dengan telaten, Wahyu membuka satu per satu tong sampah, mengambil sampah organik seperti sisa makanan, sayur-sayuran, dan buah-buahan untuk dimasukkan ke dalam gerobaknya.
Budaya Pilah Sampah di Sukadamai Green Residence
Warga perumahan Sukadamai Green Residence telah terbiasa memilah sampah sejak dari rumah. Sampah organik dan anorganik dibuang di tempat terpisah; sampah organik ditempatkan di tong berwarna biru, sedangkan sampah lainnya di tong yang berbeda. Setiap tong biru digunakan oleh enam rumah di sekitarnya, dengan total 50 unit hunian di perumahan tersebut.
Pengolahan Sampah Terpadu: Solusi Inovatif
Setelah gerobaknya penuh dengan sampah organik, Wahyu membawa sampah tersebut ke tempat pengolahan sampah terpadu yang terletak tepat di belakang perumahan. Sistem pengolahan sampah di sini dirancang secara terpadu berkat bantuan dari program Plastic Smart Cities (PSC).
"Dulu, warga tidak terbiasa memilah sampah. Sekarang, sampah organik dan anorganik sudah dipisah, sehingga pengolahan menjadi lebih mudah," ujar Wahyu.
Proses Sortir Sampah dan Persiapan Biopon
Setelah proses sortir, Wahyu menyiapkan kotak biopon, sebuah kotak persegi berwarna biru dengan ukuran 40x60 cm. Sampah organik kemudian diaduk dan siap menjadi pakan maggot. Dengan tangan terampil, Wahyu mengisi kotak biopon satu per satu hingga penuh.
"Maggot ini sangat rakus, sampah organik cepat habis dimakan oleh mereka," tambah Wahyu.
Maggot: Solusi Efektif untuk Mengurai Sampah Organik
Maggot merupakan larva dari serangga Black Soldier Fly (BSF) yang dikenal efektif dalam mengurai sampah organik. "Siklus maggot di sini sudah mencapai 35 kg," kata Irfan Hauri Zakaria, aktivis Satgas Naturalisasi Sungai Ciliwung yang mendampingi pengelolaan sampah di perumahan tersebut.
Bilik Asmara: Tempat Lalat BSF Berkembangbiak
Untuk budidaya maggot, diperlukan indukan yang dikembangbiakkan di tempat khusus yang disebut "Bilik Asmara." Lalat BSF betina akan menyimpan telur baby maggot di celah tumpukan kayu sebelum mati.
Pemanfaatan Maggot: Dari Pengurai Sampah Hingga Pakan Ternak
Setelah maggot dewasa, mereka dimasukkan ke dalam kotak biopon. Setiap kotak biopon diisi dengan 3 kg maggot yang mampu mengonsumsi 2-4 kg sampah organik per hari. Volume sampah organik harian di perumahan ini mencapai sekitar 40 kg.
"Maggot ini akan terus diberi pakan sampah organik hingga 14 hari sebelum dipanen," jelas Irfan. Selain digunakan untuk siklus selanjutnya, 30% maggot yang dipanen akan disisihkan untuk pakan ayam dan ikan di perumahan tersebut.
Efisiensi dan Keuntungan dari Budidaya Maggot
Budidaya maggot menjadi metode yang efektif untuk mengurai sampah organik tanpa menimbulkan bau yang menyengat, berbeda dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). "Pengolahan sampah organik dengan maggot tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan," kata Irfan.
Selain itu, kotoran maggot, atau kasgot, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang sangat berguna untuk menyuburkan tanaman. "Budidaya maggot memiliki nilai ekonomis, terutama jika dilakukan dalam skala besar," tambahnya.
Maggot dalam Konsep Ekonomi Sirkular
Budidaya maggot juga sejalan dengan konsep ekonomi sirkular. Selain mampu mengatasi persoalan sampah, ia juga mendatangkan keuntungan materi. Satu kilogram maggot fresh biasanya dijual seharga Rp.7.000, sementara maggot kering Rp.60 ribu.
"Jika konsep ini diterapkan secara luas, masalah sampah organik dapat teratasi dengan baik, bahkan memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat," tutup Irfan.
Artikel Terkait Issue Kampanye WWF
- Bersama Untuk Bumi: Promosi Earth Hour Indonesia 2024
- Inisiatif Perempuan Penjaga Bumi: Gerakan Pemberdayaan Perempuan untuk Lingkungan yang Lebih Baik
- Podcast Bisik Bumi (Eps.2): Asri Welas dan Inovasi Daur Ulang Tekstil & Plastik untuk Masa Depan Berkelanjutan
- Podcast Bisik Bumi: Mewujudkan Pemilu yang Ramah Lingkungan untuk Masa Depan Berkelanjutan
- Masa Depan Hijau Milik Kita
- Main Sama BAPAK: Membangun Masa Depan Hijau di Tebet Eco Park, Jakarta Selatan
- Dampak Buruk Perubahan Iklim dan Peran Manusia: Tantangan Global yang Harus Ditangani
- SERAH TERIMA SARANA DAN PRASARANA RT PRIORITAS
- 1.500 PENGEMUDI BLUEBIRD SIAP MENJADI AGEN PERUBAHAN LINGKUNGAN
- YAYASAN WWF INDONESIA DAN REKOSISTEM KERJASAMA RESMIKAN WASTE STATIONĀ® DI RDTX PLACE
- KELOLA SAMPAH ORGANIK DENGAN BUDIDAYA MAGGOT
- KUNJUNGI INDONESIA, CEO WWF NORWEGIA HARAP PROGRAM PLASTIC SMART CITIES BERJALAN BAIK
- MENGAJAK BIJAK KELOLA SAMPAH LEWAT KONTEN DIGITAL
- MISI LINGKUNGAN DAN PEMBERDAYAAN
- Artikel Terkait Issue Kampanye WWF
Optimasi SEO Oleh Yudi Wahyudi Sebagai Bentuk Penguatan Kampanye Plastic Smart Cities dan Aplikasi AKSI WWF Indonesia
Download Aplikasi AKSI dan Ambil Peranmu untuk Kurangi Sampah Plastik
Gabung sebagai nasabah Plastic Smart Cities sekarang dan dapatkan berbagai keuntungan dari menjaga lingkungan.
scan disini
Atau dapatkan di
Panduan Aplikasi AKSI
WWF Indonesia
- Website: https://wwf.id/
- Yotube: @WWFIndonesia
- X: @WWF_ID
- Instagram: @wwf_id
- Tiktok: @wwf_id
Tidak terdapat daftar isi.
Tidak terdapat daftar isi.